Benarkah Nabi Adam Bukan Manusia Pertama?

WarnaIslam.com Selasa, 03 Februari 2009 10:20

Pertanyaan

Assalamu 'alaikum wr, wb.

Bagaimana pendapat ustad tentang beberapa buku karangan Ust. Agus Mustafa yang saat ini banyak beredar di masyarakat seperti "Ternyata Adam Dilahirkan" dan sebagainya. Dalam buku yang sama disimpulkan - jika tidak salah - karena Nabi Adam dilahirkan sehingga Nabi Adam bukanlah manusia pertama dan beberapa kesimpulan lainnya.

Jazakumullahu khairan.

Wassalaamu'alaikum wr, wb.

Calling

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sekilas kami pernah membaca buku itu. Pengarangnya agak bersemangat dengan tesisnya bahwa Nabi Adam 'alaihissalam bukan manusia pertama. Juga bahwa beliau tidak diciptakan langsung dari tanah, melainkan lewat proses kelahiran seperti umumnya manusia.

Kalau dilihat dari dalil-dalil yang dikemukakan, boleh dibilang tidak ada yang salah. Mengapa tidak ada yang salah? Karena dalil-dalil itu berupa ayat Al-Quran. Siapa yang menyalahkan ayat Al-Quran?

Yang kurang tepat justru dalam melakukan penyimpulan dalil ayat Al-Quran itu sendiri. Di dalam istilah para ulama, menarik kesimpulan dari dalil-dalil itu disebut dengan istilah istidlal. Yaitu proses mengambil kesimpulan dari ayat Al-Quran dan Al-Hadits, di mana keduanya adalah sumber utama ajaran Islam.

Maka kalau boleh kami memberikan sedikit garis bawah, setidaknya ada tiga kejanggalan utama dari tesisnya.

Kejanggalan Pertama:

Kejanggalan pertama adalah ketika dalil berupa ayat Al-Quran dikemukakan, kita sama sekali tidak dikenalkan dengan tafsir dari ulama mufassirin yang muktabar.

Ayat-ayat Al-Quran yang dikemukakan tiba-tiba ditarik kesimpulannya begitu saja, tanpa pernah tengok kanan atau tengok kiri lagi. Ibarat orang menyeberang jalan, dengan sangat yakinnya penulis buku itu ngeloyor ke tengah jalan

Padahal biasanya para ulama setiap kali beristidlal, selalu menampilkan komentar para ahlitafsir yang muktamad dan aqwal (pendapat) para ahli ilmu lainnya, sebelum bicara tentang pendapat dirinya sendiri. Jadidari sisi metodologi, kelihatan bahwa penulisan buku itu tidak memenuhi kaidah ilmiyah.

Kejanggalan Kedua

Kejanggalan ini agak parah, yaitu tidak ada satu pun hadits Nabi SAW yang dicantumkan sebagai dalil. Nyaris tidak ada satu pun hadits shahih yang dijadikan dalil. Entah apa motivasi penulisnya. tapi yang jelas keterangan detail, tegas, sharih dan eksplisit tentang Nabi Adam sebagai manusia pertama ada di dalam hadits-hadits nabawi. Di antaranya

"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah." (HR Bukhari)

Kami tidak menuduhnya penganut inkarussunnah, namun amat mengherankan bila ada sebuah buku tentang Islam, terlebih terkait dengan tema aqidah yang cukup berat, tetapi sama sekali tidak mencantumkan hadits nabawi.

Entahlah bila pengarangnya memang menghindari penggunaan hadits nabawi. Tetapi yang jelas, hadits nabawi adalah salah satu sumber rujukan ajaran Islam yang utama. Meninggalkan keterangan hadits nabi tentu bukan tindakan yang dibenarkan.

Kejanggalan Ketiga

Buku itu sama sekali tidak mencantumkan pendapat para ulama aqidah, khususnya dalam tesis bahwa Nabi Adam as dilahirkan dan bukan manusia pertama. Setidaknya, penulis buku itu mencantumkan siapa saja orang yang berpendapat sama dengan dirinya. Sayangnya hal itu tidak dilakukannya. Apalagi kutipan pendapat para ulama aqidah yang menentang pendapatnya, sama sekali tidak ada.

Apa yang dikemukakan boleh dibilang sebuah bentuk penafsiran ayat Al-Quran murni hanya dengan ra'yu dan meninggalkan ilmu tafsir, hadits serta aqwal para fuqaha yang muktabar.

Ayat Yang Ditafsirkan Lewat Akal

Di antara ayat Al-Quran yang biasanya dijadikan sebagai bahan landasan logika aneh yang dikembang adalah ayat berikut ini:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِندَ اللّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثِمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Ali Imran: 59)

Kalau kita pernah belajar tentang ilmu tafsir, meski tidak menguasai sepenuhnya, namun seharusnya kita tahu bahwa ayat ini turun untuk membantah keyakinan orang nasrani. Allah SWT mematahkan argumentasi mereka dengan menggunakanqiyas, bahwa penciptaan Nabi Isa yang lahir tanpa ayah adalah suatu hal yang bukan mustahil. Sebab Nabi Adam bahkan lahir tanpa ayah dan ibu. Ada kemiripan antara keduanya, meski bukan berarti sama persis.

Sayangnya, penulis buku itu malah menjadikan ayat ini di luar tujuan dan konteksnya. Padahal tidak ada satu pun kitab tafsir yang mengatakan demikian. Entah dari mana dia mendapatkan pemikiran seperti itu. Dia malah mengatakan bukan Nabi Isa yang kasusnya mirip Nabi Adam, tetapi justru Nabi Adam yang harus ikut keadaan Nabi Isa, yaitu punya ibu dan dilahirkan oleh seorang ibu.

Padahal jelas-jelas Allah mengatakan bahwa kasus kelahiran Nabi Isa itu ada kemiripan dengan kasus Nabi Adam, bukan kasus Nabi Adam seperti kasus Nabi Isa. Dan titik kemiripannya adalah bahwa nabi Adam tercipta tanpa ayah, bahkan tanpa ibu.

Logika yang dikembangkan memang agak aneh dan janggal. Dan lucunya, penulis buku itu sama sekali tidak melengkapi logika yang dibangun sendiri. Seharusnya dia menuliskan juga tentang siapakah ibu Nabi Adam serta hal-hal yang dialami pasca kelahirannya. Dan tidak ada keterangan bahwa setelah itu, orang-orang menuduh ibu Nabi Adam itu sebagai wanita pezina. Juga tidak dijelaskan bahwa saat masih bayi, Nabi Adam bisa bicara seperti orang dewasa.

Logika yang dikembangkannya justru dipungkirinya sendiri. Kalau benar Nabi Adam mengalami proses seperti Nabi Isa, maka seharusnya ibunya Nabi Adam (kalau memang ada) sebelumnya harus didatangi Jibril yang mengabarkan kehamilannya, lalu dia hamil dan merintih kesakitan saat melahirkan, kemudian diperintahan untuk memakan buah kurma muda (ruthab), lalu kembali ke masyarakat dan dihina sebagai wnaita pezina, kemudian Adam pun seharusnya bisa bicara meski masih bayi. Karena Maryam ibu Nabi Isa mengalami semua proses itu.

Tetapi karena yang dikejar memang bukan itu, melainkan hanya ingin sekedar menguatkan keyakinannya bahwa Nabi Adam itu tidak diciptakan langsung oleh Allah dari tanah dan bukan manusia pertama, maka dia tidak sadar bahwa logika itu sendiri sebenarnya punya konsekuensi yang pasti tidak disetujuinya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

0 Responses